Derivasi Generatif pada Nomina Bahasa Bahasa Bugis: Sebuah Benang Merah pada Bahasa Melayu
Abstract
Dalam bahasa Bugis, kelas kata nomina dapat berasal dari hasil penyesuaian bentuk turunan yakni melalui proses afiksasi secara derivatif. Sifat derivatif tersebut memiliki kaidah pembentukan kata sebagaimana yang terdapat dalam bahasa serumpun. Meskipun pembentukan nomina dalam bahasa Bugis memiliki kaidah pembentukan kata, namun proses tersebut memiliki ciri tertentu. Modifikasi model kerja proses pembentukan kata Halle (1973) dan Aronoff (1994) digunakan untuk melihat pola pembentukan nomina secara derivatif dalam bahasa Bugis. Analisis tersebut terdiri atas 5 tahap; 1)bentukan kata/daftar morfem (DM), 2) kaidah pembentukan kata (KPK), 3) kaidah penyesuaian/saringan (KP/S), (4) kaidah lanjutan (KL), dan 5) hasil/kamus (H/K). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perilaku kosakata atau hasil afiksasi dalam bahasa Bugis yang tidak mencapai lima tahap pembentukan kata atau tidak dimasukkan/digunakan secara lazim dalam bahasa Bugis. Hal tersebut memberikan aspek kesemestaan terhadap bahasa Melayu yang memiliki ciri morfologis serupa.
Full Text:
PDF (Bahasa Indonesia)References
Ahmad, R. (2014). Morfologi Generatif Derivasional dalam Bahasa Arab. Makassar: Alauddin University Press.
Aronoff, M. (1976). Word Formation in Generative Grammar. Massachusetts: The MIT Press.
Ba’dudu, A. M., & Herman. (2010). Morfosintaksis. Jakarta: Rineka Cipta.
Blust, R. (2013). The Austronesian Languages. Canberra: Asia-Pacifik Linguistics.
Blust, R. (2004). Austronesian Nasal Subtitution: A Survey. Oceanic Linguistics, 43 (1), 73—148.
Caldwell, I., & Wellen, K. (2016). Family Matters: Bugis Genealogies and their Contribution to Austronesian Studies. International Journal of Asia Pacific Studies, 12 (1), 119—41.
Chomsky, N. (1965). Aspects of the Theory of Syntax. Massachusetts: The M.I.T Press.
Collins, J. T. (2005). Bahasa Melayu Bahasa Dunia: Sejarah Singkat. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Halle, M. (1973). Prolegomena to a Theory of Word Formation. Linguistic Inquiry, 4 (1), 3—16.
Jumiati, W. (2016). Makna Prefiks Bahasa Bugis Kelurahan Puulemo Kecamatan Poleang Timur Kabupaten Bombana, Jurnal Humanika, 12 (1), 1—11.
Kurniawan, E. (2013). Sundanese Complementation. (Disertasi). Graduate College, The University of Iowa.
Moravcsik, E. A. (2013). Introducing Language Typology. Cambridge: Cambridge University Press.
Nasanius, Y. (2015). Lonceng Kematian Teori Tata Bahasa Universal. Linguistik Indonesia, 32 (1), 95—96.
Pelras, C. (2006). Manusia Bugis. Terjemahan Abu, A.R., Hasriadi, Nurhadi Sirimorok Jakarta: Nalar & Forum Jakarta Paris.
Simpen, I. W. (2008). Afiksasi Bahasa Bali: Sebuah Kajian Morfologi Generatif. Linguistika, 15 (29), 211—221.
Velupillai, V. (2012). An Introduction to Linguistic Typology. Amsterdam/Philadephia: John Benjamins Publishing Company.
Verhaar, J. W. M. (1995). Pengantar Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Verhaar, J. W. M. (2010). Azas-Azas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Yunus, A. F. (2016). Analisis Kontrastif Bahasa Bugis dan Bahasa Indonesia dalam Bidang Morfologi. Retorika: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, 9 (1), 1—9.
Zainuddin (2012). Morfologi Generatif: Suatu Tinjauan Teoretis. Jurnal Bahas Unimed, 84 (38), 1—19.
DOI: http://dx.doi.org/10.31258/jtuah.2.1.p.61-66
Refbacks
- There are currently no refbacks.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.